LIMBAH PINANG DAN MESIN PENCACAHNYA


Pada mesin pencacah limbah pertanian terdapat bagian-bagian seperti kerangka alat yang berfungsi sebagai penyokong komponen-komponen alat lainnya, yang terbuat dari besi siku. Alat ini mempunyai panjang 122 cm, lebar 44 cm dan tinggi 65 cm. bagian kedua yaitu motor bakar yang berfungsi sebagai sumber tenaga mekanis (penggerak). Alat ini menggunakan bahan bakar solar yang memiliki daya sebesar 7 HP. Bagian ketiga yaitu saluran masukan (hopper) yang mana saluran ini berfungsi untuk memasukkan pinang tua yang akan dikupas. Hopper pada alat ini memiliki lebar 440 mm dan tinggi 570 mm. bagian keempat yaitu saluran yang terdiri dari dua jenis saluran yaitu saluran keluaran biji yang berfungsi untuk menyalurkan biji pinang yang telah terkupas dan saluran keluaran sabut yang berfungsi untuk menyalurkan sabut pinang yang telah terpisah dari biji pinang. Bagian kelima yaitu Puli, alat ini menggunakan 3 puli dengan diameter 4 inchi, 2,5 inchi dan 6 inchi yang berfungsi untuk mengatur kecepatan alat. Bagian keenam yaitu Sabuk-V, sabuk yang digunakan adalah tipe A-24 dan B-52 yang berfungsi untuk menghubungkan motor bakar ke alat. Bagian ketujuh yaitu blower yang berfungsi untuk mengeluarkan sabut pinang yang telah terpisah dari biji melalui saluran keluaran sabut. Adapun bagian terakhir yaitu pisau roll yang berfungsi untuk membanting-bantingkan pinang ke segala arah dengan dibungkus oleh tabung bersekat sampai biji terpisah dari sabutnya. Pisau roll ini memiliki panjang 650 mm, lebar 45 mm dan tinggi 8 mm (Silaban, 2017).

Pengupasan pinang terdiri dari dua cara yaitu dengan menggunakan cara manual dan menggunakan mesin. Dari dua cara pengupasan tersebut terdapat kelebihan dan kekurangannya, bahwa pengupasan buah pinang dengan menggunakan mesin jauh lebih baik dari pada pengupasan buah pinang secara manual. Kekurangan yang terjadi pada mesin pengupas buah pinang dapat diindikasikan pada sistem dalam proses pengupasannya yaitu, antara pisau pengupas dengan feeding penghantarnya. Kekurangan ini terindifikasi setelah melakukan studi awal dari mesin yang ada. Dengan demikian salah satu langkah untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah melakukan suatu perancangan mesin pengupas buah pinang yang berbasiskan metode quality function deployment (QFD). Perancangan menggunakan metode quality function deployment ini merupakan dasar dari penentuan parameter-parameter yang dibutuhkan untuk merancang mesin pengupas buah pinang yang sesuai dengan yang diinginkan oleh masyarakat (Pranata, 2016).

Pinang merupakan salah satu sektor pertanian di daerah Tembilahan kabupaten Indragiri Hilir Riau dengan luas daerah yang ditanami pinang 15.413 Ha. Pinang ditanam untuk dimanfaatkan biji dan batangnya. Saat ini biji pinang telah menjadi komoditi perdagangan, biji pinang saat ini diekspor dari Indonesia ke beberapa negara di Asia seperti India, Pakistan dan Nepal. Namun, kulit buah pinang saat ini belum dimanfaatkan secara optimal, selama ini kulit buah pinang hanya dibuang oleh petani. Oleh karena itu berbagai penelitian dilakukan untuk memanfaatkan limbah pinang tersebut. Pemanfaatan limbah pinang tersebut tentunya harus melali pengolahan limbah pinang dengan menggunakan mesin agar pengolahan yang dilakukan lebih mudah (Utami, 2017).

    Pinang (areca catechu) merupakan tanaman yang sekeluarga dengan kelapa. Tanaman pinang termasuk salah satu jenis palma yang belum banyak dikembangkan pemanfaatannya dibandingkan tanaman jenis lainnya. Pinang banyak dijumpai tumbuh di Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Nusa Tenggara. Terutama di Aceh, pinang telah menjadi komoditi ekspor. Selama ini belum ada pemanfaatan yang optimal terhadap sabut buah pinang, sering kita lihata bahwasanya  dari banyaknya sabut buah pinang yang berserakan dan dibakar disekitar tempat pengelolaan buah pinang. Hal ini menghasilkan polutan yang dapat merusak lingkungan dan penyumbang gas rumah kaca. Biji buah pinang banyak mengandung serat dengan kandungan selulosa sebesar 53,20%. Kulit buah pinang sering dibuang setelah biji dari buah pinang diambil. Kulit buah pinang mengandung 34,18% selulosa, 20,83 wt% hemiselulosa, 31,6% berat lignin. Kandungan selulosa yang cukup tinggi ini belum dimanfaatkan sepenuhnya, padahal kandungan serat dan selulosa yang tinggi tersebut dapat dimanfaatkan dalam berbagai hal antara lain sebagai bahan bioplastik. Pembuatan bioplastik dari selulosa telah dilakukan oleh banyak peneliti menggunakan berbagai macam bahan seperti tandan kelapa sawit (Tamiogy, 2018).

    Pinang merupakan salah satu sektor pertanian di daerah Tembilahan kabupaten Indragiri Hilir Riau dengan luas daerah yang ditanami pinang 15.413 Ha. Pinang ditanam untuk dimanfaatkan biji dan batangnya. Saat ini biji pinang telah menjadi komoditi perdagangan, biji pinang saat ini diekspor dari Indonesia ke beberapa negara di Asia seperti India, Pakistan dan Nepal. Kulit buah pinang saat ini belum dimanfaatkan secara optimal, selama ini kulit buah pinang hanya dibuang oleh petani. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk memanfaatkan kulit buah pinang sebagai biosorben pengolahan dan penghilangan limbah Pb(II) dan Cd(II). Biosorben merupakan media yang sangat baik digunakan dalam penanganan limbah logam berat karena memiliki banyak keunggulan seperti harga yang relatif murah, mudah didapat, dan sifatnya ramah lingkungan. Pemanfaatan dan penggunaan kulit buah pinang sebagai bahan baku biosorben selain dapat membantu mengurangi volume limbah juga dapat memberdayakan limbah menjadi suatu produk yang mempunyai nilai jual (Lazulva, 2017).

    Pinang (Areca catechu LINN) merupakan tanaman yang satu keluarga dengan kelapa dan tumbuhan monokotil ini tergolong palem-paleman. Bagian dari pinang yang paling sering dimanfaatkan adalah bijinya, sehingga menghasilkan limbah organik berupa kulit. Semakin banyak produksi biji pinang maka semakin banyak pula limbah yang dihasilkan. Kulit pinang merupakan limbah dari tanaman pinang karena kulit pinang dianggap sebagai bagian yang tidak berguna dan penanganannya masih belum maksimal. Komposisi kimia utama dari serat kulit pinang adalah sekitar 53,20% alfa selulosa, 32,98% hemi selulosa, lignin 7,20% dan 4,81% dari bahan lain tetap berada di serat kulit pinang (Fatimah, 2015).

Pinang memiliki banyak kegunaan mulai dari biji, sabut, daun, hingga pelepahnya. Sabut buah pinang mengandung komposisi flavonoid, alkaloid, hemiselulosa, selulosa dan pektin. Komposisi selulosa yang terdapat dalam sabut buah pinang mencapai 70% sehingga berpotensi untuk dijadikan karbon aktif. Karbon dari sabut buah pinang dibuat dengan cara dikarbonisasi pada suhu 300 selama 1 jam dan diaktivasi dengan H2SO4 pada konsentrasi 0,5M, 1M, 1,5M selama 24 jam. Karbon aktif yang dihasilkan digunakan untuk mengadsorpsi Pb(II) dalam larutan dengan mengkaji kondisi pH optimum dan kapasitas adsorpsi. Penentuan kualitas karbon aktif sabut pinang ditentukan berdasarkan kadar air, kadar abu, dan karakteristik pori dilakukan dengan Gas Sorption Analyzer (GSA) dan SEM (Scanning Electron Microscopy) (Sitanggang, 2017).

Sampah-sampah organic seperti limbah atau kulit buah-buahan sangat bermanfaat sebagai bahan baku dalam pembuatan pupuk organic cair. Pemanfaatan sampah organik selama ini lebih banyak berupa pupuk organik dalam bentuk padat, masyarakat jarang memanfaatkan sampah organik menjadi pupuk organik cair. Padahal pupuk organik dalam bentuk cair memiliki kelebihan bila dibandingkan pupuk organik dalam bentuk padat. Pupuk organik cair lebih mudah diserap oleh tanaman karena unsur-unsur yang terdapat di dalamnya sudah terurai dan pengaplikasiannya lebih mudah. Pupuk organik cair memberikan beberapa keuntungan, misalnya pupuk ini dapat digunakan dalam media tanam padat dengan cara menyiramkannya ke akar ataupun disemprotkan ke bagian tubuh tumbuhan. Perlakuan pemberian pupuk dengan cara penyemprotan pada daun terbukti lebih efektif dibandingkan dengan perlakuan pemberian pupuk melalui penyiraman pada media tanam (Marjenah, 2012).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keramik dan Proses Pembuatannya

GREENSCAPES (Software Pengendalian Lingkungan Greenhouse Untuk Tanaman Kangkung Darat)

NIKEL DAN MANFAATNYA DALAM KEHIDUPAN